Kamis, 10 Mei 2018

PERJUMPAAN


"Apakah kau pernah jauh dari rumah ?
Rindu yang menumpuk, sakit dan berkecamuk..."

Aku sangat yakin Iksan Skuter sengaja menciptakan lagu "Pulang" khusus untukku. Jelas. Cocok dengan apa yang aku rasakan. Nyaris di setiap liriknya. Dan setiap kali aku memutarnya, keinginanku untuk pulang semakin menjadi-jadi. Taek betul, batinku.

Semalam aku mendengarkannya lagi, beberapa kali. Aku seperti dilecut. Tekadku menjadi bulat untuk pulang pagi ini juga. Sekedar menyeruput kopi seduhan ibu, itu sudah cukup. Kali ini aku yakin bahwa Jogja - Bukittinggi sedekat Sendowo - Blimbingsari. Dan ku rasa motor bututku cukup tangguh dalam menempuhnya.

Aku tidak memanasi motorku. Cukup ku kata-katai dengan pisuhan yang ku tahu. Tindakan yang sepenuhnya tolol. Tapi peduli apa dengan itu. Aku tak begitu paham mesin. Segera ku pancal motor tua itu dan ku pelintir pegasnya. Dan entah setan apa yang merasukiku, aku sampai di rumah begitu cepat.

Tak perlu ku ketuk pintu rumah, ibu sudah menyambutku di depan pintu. Segera ku raih tangannya untuk ku cium. Aku langsung digandeng ke dalam rumah. Sore ini hanya ada ibu di rumah. Kursi kayu di ruang tamu ku pikir cukup nyaman untuk sekedar menyandarkan punggung sambil menanti kopi panas seduhan ibu.

Tak butuh waktu lama, kopi panas dan tape goreng tersaji di hadapanku. Paripurna. Beberapa kali kunyah, dua tape goreng tandas. Ketika cangkir kopi mulai ku angkat, tiba-tiba aku merasa ada yang janggal. Lantas ku lihat sekeliling rumah. Dan benar saja, wajah indah itu muncul di balik jendela rumahku. Wajah yang selama tujuh tahun ini tergambar di otakku. Wajah yang senantiasa muncul di langit-langit kamar kos menjelang aku terlelap. Wajah yang membuatku dicap penyuka sesama jenis kala bergurau bersama para sahabatku sebab aku tak pernah mengaitkan diri bersama wanita.

Bukankah kita sudah lama tidak saling kontak ?
Bukankah dia tak lagi peduli denganku ?
Bukankah dia sudah bersama lelaki yang pantas untuknya ?
Bagaimana mungkin dia tahu kalau aku pulang ?

Bermacam pertanyaan itu sempat terlintas di benakku sampai akhirnya ku singkirkan. Bergegas aku keluar rumah untuk menghampirinya. Dia menatapku dengan tatapan meneduhkan serta senyum simpul seperti biasanya. Namun raut wajahnya tak bisa berbohong. Dia sedang bersedih. Tapi ku coba menyimpan rasa penasaranku.

Dia masih menyalamiku seperti dulu, diraihnya tanganku lalu ditempelkan ke pipinya. Aku lalu membawanya ke  telaga di belakang rumah. Di sana memang tempat terbaik untuk menikmati senja. Di sana juga tempat aku biasa melamun, tentangnya. Tentu saja.

Hanya ada kami berdua di pinggir telaga. Aku duduk di sampingnya, lalu ku minta dia menceritakan semua keluh kesahnya. Darinya ku tahu kisah cintanya tak baik-baik saja. Mendadak rasa panas menyerang sampai ke ubun-ubun. Ingin sekali ku patahkan batang leher kekasihnya saat itu, tapi aku coba untuk tenang sampai dia selesai bercerita. Fokusku hilang saat dia tiba-tiba menangis di pundakku. Aku langsung teringat kata-kata Sujiwo tejo, "Tuhan menciptakan pundak laki-laki untuk menghapus air mata perempuan. Dan Tuhan menciptakan air mata perempuan agar laki-laki agar melupakan air matanya sendiri." Aku mulai percaya dengan kata-kata ini.

Langit mulai gelap. Aku berinisiatif mengajaknya makan malam sebelum ku antar pulang. Dia mengiyakan. Aku katakan padanya untuk menunggu di sini selagi aku mengambil motorku. Dia mengangguk. Segera aku berlari menuju rumah. Tak lama kemudian aku kembali ke telaga bersama motorku. Dia menghilang. Sekonyong-konyong. Aku berteriak sekuat tenaga memanggil namanya, namun nihil.

Aku terus berteriak menyebut namanya sampai ujug-ujug gawaiku bergetar. Segera ku rogoh saku celanaku. Aku terbangun. Ada lima panggilan tak terjawab dari sahabatku. Jam di kamar kos menunjukkan pukul 8.30. Aku terlambat kuliah. Bangsat.


2 komentar:

  1. The casino in Oregon could be getting a 100% tax break
    According to the state of Oregon, the casino could be 고양 출장안마 getting 의왕 출장안마 a 100% tax break 경주 출장마사지 with the 의정부 출장샵 state of Oregon and 경기도 출장안마 its state. The gaming

    BalasHapus